Minggu, 15 Desember 2013

ngga suka ribet

apa cuma aku anak kuliah yang ga ingin mengikuti acara wisuda? aku orang yang tidak terlalu suka ke tempat-tempat terlalu ramai seperti pesta, konser, termasuk si wisuda itu sih. hal ini pernah ku utarakan ke teman-teman dekat ku , dan reaksi mereka?
"gila, orang kuliah ya salah satu yang dikejer selain cepat lulus ya momen wisudanya itu" (ngomongnya agak nyolot)
momen wisuda? penting gitu? emang ijazah dibagiin pas kapan sih? aku sih cuma mau ijazahnya aja, ga mau proses wisuda-wisudaannya itu, ngebayangin ribetnya ya Tuhaaannn
satu lagi aku orang yang paling ga suka ribet, kalo bisa semua mulus ga usah ribet, makanya suka naik darah kalo ada temen yang ola pikirnya ribet-ribet.
sifat ga suka ribet ini kayaknya mempengaruhi hasil desain ku, desain-desain ku ga pernah cetar  semua biasa, yang ada di dalam otakku hanya, "yang penting aku lulus di mata kuliah satu ini"
dan aku rasa ini negatif, aku ga pernah maksimal dalam mengerjakan tugas mengerjakan hanya seadanya saja.
satu lagi, aku ga pernah suka liat orang nikah ribet, pesta pesta, ngabisin duit doang menurutku, menurutku, nikah itu ya yang penting ijab qabulnya, sama kumpul keluarganya, buat apa bikin pesta terus ngundang beribu-ribu orang tapi yang kita kenal hanya puluhan orang saja, selebihnya kenalan ortu, kenalan nenek kakek. NGABISIN DUIT. biarpun katanya itu momen sekali seumur hidup tapi ya ga ngabis2in duit juga kali, mending duitnya dipake buat sekolah lagi

Selasa, 29 Oktober 2013

museum

DEFINISI


Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan.
(Ayo Kita Mengenal Museum ; 2009)

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa
(Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995)

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
(Intenasional Council of Museum (ICOM) : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008)

 FUNGSI

(Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008 )

a.Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan   kegiatan sebagai berikut :

v   Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.
v Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.
v    Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.
 
b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.
v   Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.
v  Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
(Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008)

 JENIS

(Ayo Kita Mengenal Museum ; 2009 )

A.   JENIS MUSEUM BERDASARKAN KOLEKSI
1. Museum Umum museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi
2. Museum Khusus museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi
 
B.   JENIS MUSEUM BERDASARKAN KEDUDUKANNYA
1. Museum Nasional  museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional
2. Museum Provinsi museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah propinsi dimana museum berada
 3. Museum Lokal museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada


KEBUTUHAN RUANG

Berdasarkan buku Pedoman Museum Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008 bangunan museum setidaknya terdiri dari dua unsur, yakni bangunan pokok dan bangunan penunjang

RUANG POKOK

§  Ruang pameran tetap
§  Ruang pameran temporer
§  Ruang auditorium
§  Ruang kantor/administrasi
§  Ruang perpustakaan
§  Ruang laboratorium
§  Ruang penyimpanan koleksi
§  Ruang edukasi
§  Ruang transit koleksi
§  Bengkel kerja reparasi

RUANG PENUNJANG
§  Ruang cenderamata dan kafetaria
§  Ruang penjualan tiket dan penitipan      barang
§  Ruang lobi
§  Ruang toilet
§  Ruang parkir dan taman
§  Ruang pos jaga


 

Senin, 21 Oktober 2013

master of kerja praktek

kerja praktek? salah satu syarat kelulusan di kuliahsn dan saya menjalaninya sampe dua kali? kurang gaul apa coba? banyak yang bilang "jadi kerja praktek kemaren sia sia dong?" dengan pede saya jawab "ngga dong, aku dapat banyak ilmu disana seenggaknya skrg aku tau gimana cara berkomunikasi dengan pekerja bangunan, tau cara mengaci, plaster, dan pengetahuan baru yaitu kolom hilang"

jadi di kp pertama itu saya ngabmil proyek rumah tinggal mewah di gandaria, proyek om sih jadi berharap semua dipermudah dan lancar. semua prosesnya emang dipermudah banget hampir sama sekali nggak ada hambatan, saya bener-bener diajarin hal-hal dasar.

tapi udah 40hari berlalu , saya mulai mikir, "ini kenapa kerjaannya gini-gini terus, apa yang mau dilaporin?" jadi waktu itu saya ngambil proses finishing yang emang lama banget prosesnya, melaster aja bisa sampe 3 minggu, ngaci juga hampir 2 mingguan , ditambah libur lebaran 1 minggu, dari situ firasat udah gak enak sih. bolak balik ngeluh dan konsul sama orang tua, jawabannya selalu "jalanin aja dulu, diterima nggaknya liat nanti"

Dan tibalah waktunya pas ketemu dosen pembimbing pertama, saya ceritain keadaan yang sebenarnya dan keraguan saya. dan benar saja, beliau bilang gini "jadi yang mau kamu laporin apa? kalo cuma gini gak ada istimewanya, ini sama kayak bangunan pada umumnya dan semua orang bisa pelajarin. kecuali kalau misalnya rumahnya pake bioskop yang dindingnya dibuat khusus untuk meredam suara, nah ini bisa kamu bahas sampe detail atau rumahnya ada kolam berenangnya, kamu juga bisa bahas kolam berenang secara detail" pas diomongin gitu langsung hopeless dan udah yakin banget mau ngulang KP

Pucuk dicinta ulam pun tiba, ada dosen yang nanya ke teman saya "ada temannya yang belum KP" dan dengan pedenya saya masuk ke ruang dosen menawarkan diri, dan resmilah beliau menjadi pembimbing KP baru saya, dan resmi juga saya KP di sini

KP kedua ini bener bener berat dari segi finansial, hadeh seenggaknya kerja praktek yang kedua ini mesti nyisihin 400-500rb sebulan CUMA BUAT ONGKOS! HELL YEAH! jadi buat belanja - belanja dan makan cuma sisa 1,3jt , jadi selain harus nahan hasrat jajan saya juga harus nahan hasrat belanja 2 bulan ini , nyiksa? BANGET

jadi selain dapat pengetahuan tentang tata cahaya dan tata suara seenggaknya bisa belajar memanajemen keuangan juga. selalu mencari-cari hikmah dibalik suatu peristiwa gak mengenakkan biar gak nyesel dan nyesek banget.

ahhh kp..:(

Kamis, 17 Oktober 2013

curhat dikit

pernah ngerasa bosan sama sesuatu? merasa jenuh luar biasa gitu? semacam pingin kabur ke luar angkasa bersama axe? jadi astronot pertama dari indonesia?
zzzzzz

curhat dikit ya  (iyelah suka suka kaulah del, blog blog mu jugak)
jadi ceritanya 2 bulan belakangan ini dapet tugas kawasan gitu kan ya, kelompok lagi, agak males sebenernya kelompokan tapi ya gimana lagi gak mungkin ngolah lahan 80 hektar sendirian kan? gemporlah..

2 bulan belakangan liat peta itu itu lagi, land use itu-itu lagi, buka 3d itu itu lagi dan orang itu itu lagi (iyelah kalo ga mau liat orang yang itu itu lagi cepet tamat kau!)
jadi ceritanya dalam sebuah kelompok pasti ada aja salah seorang yang berkorban lebih (ngerjain bagian lebih banyak dari yang lainnya) dan ada juga orang yang numpang nama doang (yang ini benalu kali pokoknya) ada juga yang pura pura gak tau, gak liat dan gak denger (hell yeah!) ada lagi yang sakit ini sakit itu (yang ini masih bisa di toleransi) ada yang hamil juga (ini juga hemmmmm).

Katanya nanti di dunia kerja nyata kita juga gak akan bisa kerja sendirian, tapi kalo di dunia kerja ada benalu-benalu kayak yang disebutin diatas gak ya? sebenernya ada kebebasan buat ngomongin siapa siapa aja yang jadi benalu di kelompok ke dosen, tapi rasa kesetiakawanan melarang untuk melakukan hal halal tersebut. (elaaaahhh kyak benalunya mikirin kau aja).

ah sudahlah yang namanya benalu itu gak ada bagus bagusnya, parasit! terkutuklah orang orang yang selalu mengandalkan dan memanfaatkan orang lain sementara dianya sendiri ongkang-ongkangan kaki. bhay!


Selasa, 15 Oktober 2013

Sabtu, 12 Oktober 2013

rumah tradisional minanga


ARSITEKTUR MINANGA


  Salah satu tanda kebudayaan Minanga dari masa lalu, yang hingga kini tetap terjaga adalah rumah. Pada masyarakat Minanga, khususnya marga Semendawai, memiliki atau mengenal dua jenis rumah tempat tinggal yang bersifat tradisional, yakni rumah ulu dan rumah gudang.
 Berdasarkan struktur bangunan, antara rumah ulu dan rumah gudang pada prinsipnya sama, tapi pembangunan rumah gudang umumnya cenderung mengalami beberapa modifikasi, dan tidak patuh lagi seperti rumah-rumah ulu, terutama untuk arah hadap seperti hulu (utara), liba(selatan), darak (barat), dan laok (timur). Perbedaan lainnya, pada rumah gudang, selalu dibuat atau ada ventilasi yang posisinya tepat berada di atas setiap pintu dan jendela, sedangkan pada rumah ulu tidak mengenal ventilasi udara.
             Baik rumah gudang maupun rumah ulu merupakan jenis rumah panggung atau rumah yang memiliki tiang penyangga. Bahan utama pembuatan rumah gudang dan ulu adalah kayu atau papan.
            Lantaran rumah gudang Minanga lebih muda jika dibandingkan dengan rumah ulu, rumah ini sudah mengenal dan menerapkan kombinasi antara bahan kayu dan paku, kaca, cat, porselen atau marmer, genteng, dan semen. Misalnya banyak tangga atau disebut ijan mukak rumah gudang yang terbuat dari semen berlapis keramik, atau daun pintu dan jendelanya sudah dikombinasikan dengan kaca. Bahkan, kecenderungan akhir-akhir ini, rumah gudang sudah menggunakan tiang penyangga teknik cor beton dan atau batu bata, yang sebelumnya dari gelondong. Dan, di antara tiang rumah umumnya sudah pula diberi dinding semi permanen atau permanen, kemudian dijadikan tempat tinggal atau lambahan bah (rumah bawah). Mengingat bahan kayu yang saat ini semakin langka dan mahal, tampaknya masyarakat Minanga lebih banyak memilih atau membangun jenis rumah gudang.
Rumah ulu sepenuhnya menggunakan bahan kayu atau papan. Tiang penyangga menggunakan gelondongan, lalu tangga, dinding, pintu, dan jendela menggunakan papan. Atap rumah dibuat dari daun enau dengan teknik rangkai-tumpuk. Tapi mengingat daya tahan dan gampang terbakar, sekarang atap daun enau ini diganti atap genteng.
            Sambungan kayu pada rumah ulu tidak menggunakan paku, tetapi menggunakan pasak kayu atau bambu, termasuk untuk engsel pintu, dan jendelanya juga masih menggunakan teknik engsel pasak. Mengingat bahan kayu yang saat ini mahal dan langka, sejak tiga dasawarsa terakhir, masyarakat Minanga mulai jarang membangun rumah ulu.
               Berdasarkan struktur bangunannya, rumah ulu terbagi atas tiga bagian, yakni bagian depan (garang), rumah bagian tengah atau utama (ambin, haluan, dan kakudan) serta rumah bagian belakang (pawon). Bagi masyarakat Minanga, rumah tengah atau utama bersifat sakral, sedangkan garang atau pawon bersifat profan sehingga pada pintu depan (rawang balak) dari garang ke haluan, dan juga pada pintu belakang (rawang pawon) dari kakudan ke pawon, konstruksi kusen pintunya dibuat tinggi atau ada langkahan (ngalangkah). Rumah tengah atau utama dibagi menjadi tiga ruang, yaitu ambin atau kamar tidur, haluan, dan kakudan.

    
        Berdasarkan struktur lantai pada rumah ulu, dapat diketahui setiap ruang memiliki hierarkis yang ditandai peninggian atau merendahkan lantai ruangannya. Ambin memiliki kedudukan yang tertingggi (dunia atas), selanjutnya haluan dan kakudan (dunia tengah) serta garang dan pawon (dunia bawah). Untuk lantai haluan sama tinggi dengan lantai kakudan , dan di antara keduanya tidak terdapat dinding.

            Berdasarkan hierarki rumah ulu, haluan memiliki tingkatan yang sama dengan kakudan, namun keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Haluan (perempuan) dan kakudan (laki-laki). Sebagai penanda bahwa adanya perbedaan fungsi antara haluan dan kakudanp>, di antara lantai haluan dan kakudan diberi kayu balok panjang yang posisinya melintang, dan di atasnya ada sangai (tiang), sebagai perantara haluan dengan kakudan.

  
             Sedangkan untuk lantai garang dan pawon (dunia bawah) posisinya paling rendah baik dari lantai ambin, haluan, maupun kakudan. Haluan posisinya berada di tengah-tengah rumah ulu, diapit dari arah sebelah laok-darak (barat-timur) dan hulu-liba/hilir (utara-selatan), yakni oleh ambin-kakudan dan garang-pawon.

   
           Ambin (kamar tidur) memiliki kedudukan tertinggi dan suci, sejalan dengan pandangan masyarakat Komering bahwa keluarga harus dijunjung tinggi kesucian dan kehormatannya. Karenanya, dalam struktur rumah ulu, posisi ambin di sebelah laok (barat=arah salat/kiblat).
               Haluan adalah perempuan, sedangkan kakudan adalah laki-laki, itulah sebabnya balai pari (lumbung padi = perempuan) posisinya tepat di bawah haluan, dan kandang hewan berada di bawah kakudan (tanduk =laki-laki).
            Dalam sebuah acara adat yang disebut Ningkuk, haluan hanya diperuntukkan bagi perempuan dan kakudan tempat laki-laki. Jika ada pemuda yang bertamu ke rumah seorang gadis, si pemuda hanya boleh duduk di kakudan, dan si gadisnya harus berada di haluan. Untuk tamu yang baru dikenal biasanya akan dijamu di garang, sedangkan untuk tamu-tamu yang sudah dikenal baik oleh tuan rumah, biasanya akan dipersilakan masuk dengan melangkah rawang balak (hubungan darah dan mentalitas kelompok atau keluarga).
 Dalam upacara adat melamar, ketika pihak keluarga calon besan mempelai laki-laki baru datang, terlebih dahulu mereka akan ditempatkan di garang, setelah menjalani beberapa prosesi, barulah rombongan dapat dipersilakan masuk ke rumah tengah atau utama, dalam hal ini haluan untuk perempuan dan kakudan bagi laki-laki. Demikian pula pada saat akan melangsungkan akad nikah, posisi duduk calon mempelai laki-laki harus di kakudan, sedangkan calon mempelai wanita di haluan. Setelah selesai akad nikah, baru kedua mempelai dipersandingkan di pelaminan yang berada di ruang haluan, posisi atau arah hadap pelaminan tempat kedua mempelai bersanding biasanya ke utara atau hulu.
Rumah Gudang memiliki bentuk atau Layout memanjang ke belakang serta tidak memiliki kamar khusus. Permukaan lantai hanya memiliki satu ketinggian atau dengan kata lain tidak ada perbedaan tinggi lantai.
Pada umumnya rumah Gudang memiliki teras di bagian depan rumah yang terbuka. Dinding rumah dari papan yang disusun tegak. Sedangkan bentuk atap merupakan kombinasi antara atap pelana dan perisai. Beberapa rumah Gudang memiliki variasi yang berbeda di bagian depan rumah,hal tersebut juga tercermin pada bentuk atap yang lebih bervariasi.
Rumah Gudang memiliki ketinggian lantai yang berbeda (multi leveled) seperti pada rumah Limas yan terdapat di Palembang. Bentuk atap dari rumah Limas berbentuk limas (kerucut terpancung), miirip dengan rumah Limas di Palembang.
Walaupun demikian, susunan ruang sangat berbeda jika dibandingkan dengan rumah Limas di Palembang. Rumah Limas Palembang memiliki pangkeng di sebelah kiri dan kanan pada ruang gegajah, sedangkan rumah Limas di Menanga memiliki 2 pangking dan satu ambin di belakang rumah yang memiliki orientasi kea rah sungai. Letak pangking tersebut  sangat mirip dengan letak pangking dari rumah tradisional Menanga.
Langgam arsitektur rumah tradisional Menanga adalah tipikal rumah Ulu, berupa rumah panggungdengan atap pelana menjulang tinggi. Pada bagian tepi atap, pada posisi tertinggi terdapat papan silang yang menyiratkan symbol tanduk kerbau.
Beberapa rumah tradisional Menanga memiliki ukiran dan ornament yang spesifik, hal ini menunjukkan status social dari pemiliknya. Sebaliknya, kebanyakan rumah tradisional Menanga berbentuk polos tanpa ukiran, ornament atau yang dapat dianggap sebagai ornament adalah ujung atap dan detail kolom dengan balok.

Lokasi dan Orientasi Bangunan
            Pada awalnya bangunan di desa Minanga secara umum berorientasi ke sungai komering yang mengalir di sepanjang desa Minanga. Pada saat itu sungai merupakan salah satu jalur transportasi yang paling banyak digunakan. Seiring semakin meningkatnya perkembangan zaman, pemerintah mulai membuat jalur darat sebagai jalur darat yang menghubungan Minanga dengan kota. Sejak adanya jalur darat sebagai prasarana transportasi umum , masyarakat mulai berpindah dari sungai kepingr jalan hingga pada saat sekarang ini seluruh rumah penduduk mendekati jalan.
            Orientasi bangunan selalu menghadaparah matahari terbit (timur). Baik rumah tradisional maupun rumah penduduk yang bukan tradisional, tidak ada ada kepercayaan tertentu yang menyebabkan rumah di Minanga menghadap ke Timur

PENATAAN RUANG
Susunan pangking (kamar) yang spesifik tersebut menunjukkan adanya pengaruh lokal dan filosofi yang berbeda tetapi sangat sesuai dengan lingkungannya.Hal ini menunjukkan jika rumah tradisional sangat dinamis dan adaptif dengan lingkungan di sekitarnya serta mampu menerima pengaruh- pengaruh dari beberarapa budaya.
               Rumah tradisional minanga yang dianggap sebagai rumah asli di daerah ini memiliki 2 kamar yang disebut pangking dan 1 ambin. Ambin terletak di tengah 2 pangking tersebut, letaknya di bagian belakang rumah serta memiliki orientasi ke sungai.

Pangking di sebeleah kiri merupakan kamar untuk anak laki-laki sedang pangking di sebelah kanan untuk wanita.Orang tua menempati ambin yang terletak di tengah.Pada beberapa rumah tradisional Minanga, ambin juga merupakan paking.
 
             Penataan ruang pada rumah tradisional minanga memiliki pola yang sama. Hal tersebut juga berlaku pada rumah Limas di daerah Minanga, susunan ruang pada rumah limas tersebut serupa dengan susunan ruang pada rumah tradisional Menanga.Tiga kamar yang merupakan pangking dan ambin, terletak pada sisi yang memiliki orientasi ke arah sungai.

            Rumah tradisional Minanga juga memiliki perbedaan tinggi lantai, hal ini menunjukkan adanya perbedaan strata masyarakat atau sengaja dibedakan karena pertimbangan usia. Ruang yang memiliki ketinggian lantai yang berbeda tersebut terletak di depan ketiga kamar (pangking dan ambin)


SUSUNAN RUANG
    Bagian Pertama
Bagian ini merupakan ruangan yang memiliki ketinggian level lantai yang paling tinggi daripada ruangan lainnya. Bagian ini terdiri dari tiga ruang, yaitu sebuah ruang di tengah yang disebut dengan ruang ambin dan dua buah ruang yang mengapit ruang ambin,  yang berfungsi sebagai kamar yang disebut pangking. pangking  yang berada di sebelah kanan ruang ambin  berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan.
     Bagian Kedu
    Bagian kedua merupakan ruang serbaguna yang sering digunakan sebagai tempat pertemuan.Bagian ini mempunyai dua level lantai.Lantai yang lebih tinggi terletak di dekat dapur merupakan tempat untuk wanita, sedangkan lantai yang lebih rendah terletak di dekat pintu masukdigunakan untuk tempat pria.
   Bagian Ketiga
Bagian ketiga merupakan ruangan yang berfungsi sebagai dapur.Pada ruangan ini terdapat tangga yang menuju ke loteng atau yang biasa disebut sebagai panako.Pada beberapa rumah Ulu tidak terdapat tangga permanen mereka naik ke loteng menggunakan tangga bambu yang dapat dipindahkan.

Pada ketiga buah kamar yang ada tersebut dibuat lebih tinggi +50 cm. Pada kamar yang bernama pangking terdapat pint. Dibuat satu buah pintu atau dibuat dua buah pintu pada kedua sisinya.Pangking  adalah kamar untuk anak laki-laki dan amben adalah kamar untuk anak perempuan dan tidak ada kamar khusus orang tua.

Pangrok-rok adalah balok yang membatasi ruang parompu dan kakudan  yang berguna untuk membatasi pergerakan calon pengantin wanita. Karena apabila belum resmi menikah, maka belum boleh melangkahi atau melewati wilayah tersebut.Pada setiap pintu masuk diatas terdapat ukiran- ukiran nermotif tumbuhan.Kusen pintu dbuat meninggi.
Pada bagian loteng (penaku) terdapat pintu penaku yang merupakan akses menuju loteng.Mengingat lotengyang cukup luas, maka digunakan sebgai tempat penyimpanan bahan bahan makanan dan benda- benda pusaka.


KONSTRUKSI BANGUNAN
           Atap
·         Kuda-kuda
Konstruksi kuda-kuda pada rumah Ulu adalah jenis kuda-kuda yang tidak biasa digunakan pada umumnya. Konstruksi kuda-kuda ini tidak menggunakan balok sekong dab balok bubungan, melainkaan menggunakan tiga balok apit. Pada konstruki kuda-kudajenis ini terdapat juga balok yang memilik fungsi yang sama dengan balok yang disebut alok alang sunan.






·         Penutup Atap
Penutup atap yang digunakan pada rumah Ulu adalah genteng. Pada konstruksi atapnya , terdapat tebeng layar yang dibuat lebih maju ke depan sehingga tidk berada sejajar dengan dinding. Atab dibuat dengan kemiringan 45derajat.
·         Plafond
Plafon dibuat dari papan berukuran 2,5m x 0,34 m. Ruang yang ada di atas plafond ini dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan tempat untuk meletakkan benda pusaka.
 
·       
Rangka Bangunan
·         Tiang
Tiang yang digunakan berukuran 20,5cm x 20,5 cm. Konstruksi ini mengguanakan sistem kunci atau jepit.

FILOSOFI
            Di desa Minanga Tengah terdapat rumah yang memiliki beberapa filosofi tertentu terkait dengan elemen bangunan rumah.Filosofi- filosofi tersebut berhubungan dengan kebiasaan- kebiasaan ataupun kepercayaan masyarakat setempat yang dianggap sebagai nilai- nilai budaya.Adapun filosofi tersebut diantaranya yaitu tingkatan pada pintu kamar. Desain yang demikian dapat ditemui pada rumah Ulu. Hal ini didasarkan cerita rakyat pada adat zaman dahulu yaitu bila ada laki- laki yang ingin menikahi seorang gadis biasanya gadis tersebut akan dibawa secara sembunyi- sembunyi dan disembunyikan dalam kamar tidur tersebut.
Meskipun hal ini atas persetujuan pihak gadis, kejadian tersebut tetap merupakan penghinaan bagi keluarga gadis dann biasanya akan terjadi perkelahian atas balas dendam atas perbuatan laki-laki tersebut. Untuk membendung serangan dari keluarga sang gadis maka pintu utama dibuat tingkatan dengan maksud agar sulit untuk dimasuki. Oleh karena kejadian seperti itu banyak terjadi pada zaman dahulu maka hampir pada setiap rumah Ulu pintunya dibuat tingkatan hingga sampai dengan sekarang menjadi desain tersendiri bagi rumah Ulu.
Anak tangga pada rumah Ulu ini berjumlah ganjil sama seperti rumah adat Sumatera selatan lainnya. Menurut cerita bahwa jumlah anak tangga ganjil akan membawa keberuntungan sedangkan juka jumlahnya genap maka sebaliknya pengguna rumah tersebut akan mengalami kesialan.
Disamping itu filosofi lainnya dapat dilihat melalui adanya Pangrok-rok sebagai balok yang membatasi parompu dan kakudan.Konon balok tersebut berfungsi sebagai pembatas pergerakkan calon pengantin wanita karena bila belum resmi menikah maka belum boleh melangkahi atau melewati wilayah tersebut.Selain itu, pintu yang menuju ruang tengah dibuat rendah sehingga apabila ada orang yang ingin masuk ke rumah ini maka harus menundukkan kepala. Filosofinya yaitu agar sebelum masuk ke dalam rumah, tamu harus menghormati tuan rumah dengan cara menundukkan kepala terlebih dahulu.